2) Rangkaian Induktif Murni
Rangkaian induktif murni hanya memiliki induktansi L, seperti
pada gambar 6. Untuk fasor Im mendatar dengan sudut fase ? t,
diperoleh fasor Vm dengan sudut fase (? t + 90o) seperti ditunjukkan
pada gambar 7 Jadi pada rangkaian induktif murni, tegangan
mendahului arus sebesar 90o atau
|
Jika i = Im sin ? t maka V = Vm sin (? t + 90o)
Jika V = Vm sin ? t maka i = Im sin (? t – 90o)
3) Rangkaian kapasitif murni
Rangkaian kapasitif murni hanya memiliki kapasitansi C, sepereti
pada gambar 8 Untuk fasor vm dengan sudut fase (? t – 90o). Jadi, pada
rangkaian kapasitif murni, tegangan terlambat 90o ( ?2 ) terhadap arus
atau arus mendahului 90o ( ?2 ) terhadap tegangan.
Hambatan R tidak dipengaruhi oleh frekuensi arus bolak-balik, tetapi XL
dan XC dipengaruhi oleh frekuensi ac.
Diagram fasor, R, XL, dan Xc dengan acuan fasor i dalam arah mendatar4) Rangkaian RLC secara Seri
Yang dimaksud rangkaian RLC secara seri ialah rangkaian dari
hambatan murni (R) induktor (L) dan kapasitor (C) yang ketiganya
dihubungkan secara seri
Karena R, L dan C dirangkaikan secara seri, maka arus yang melalui
ketiga penghambat tersebut mempunyai besar, arah dan fase yang
sama.
5) Rangkaian pararel
Jika beberapa hambatan masing-masing ujungnya dihubungpkan
pada titik yang sama dalam suatu rangkaian, hambatan-hambatan
tersebut dirangkaikan secara pararel. Pada rangkaian pararel antara setiap
ujung-ujung setiap penghambat mempunyai beda tegangan yg sama baik
besar, arah maupun fasenya. Jika arus ditulis dalam bentuk bilangan
kompleks, maka arus total (It) pada rangkaian pararel sama dengna
jumlah arus, dari masing-masing penghambat.
Admitansi dinyatakan dalam satuan ampere/volt atau mho (kebalikan dari
ohm). Persamaan admitansi untuk rangkaian pararel.
Yt = Y1 + Y2 + Y3.................................................................. (2.18)
Jadi pada rangkaian pararel, admitansi total (Yt), sama dengan jumlah
admitansi-admitansi yang dirangkai secara pararel.
Dalam sistem bilangan kompleks, impedansi mempunyai dua komponen,
masing-masing pada sumbu khayal dan pada sumbu nyata. Komponen
impedansi pada sumbu khayal disebut reaktansi (X = XL – XC) dan
resistansi (R). Hubungan antara reaktansi dan resistansi dinyatakan oleh
persamaan:
Z = R + j (XL – XC) = R + jX
Untuk admitansi, komponen pada sumbu khayal disebut sukseptansi (b)
dan komponen pada sumbu nyata disebut konduktansi (g). Hubungan
antara sukseptansi dan konduktansi dinyatakan oleh persamaan:
Y = g + jb
6) Rangkaian campuran seri dan pararel
Pada umumnya akan lebih banyak dijumpai suatu rangkaian yang
bersifat campuran, yaitu gabungan rangkaian pararel. Rangkaian
campuran yang sederhana dapat berupa seri dari beberapa pararel atau
pararel dari beberapa seri. Rangkaian campuran yang sederhana dapat
diselesaikan dengan rumus-rumus rangkaian seri dan rangkaian pararel
secara terpadu.
7) Transformasi delta ? Wye
Ada rangkaian-rangkaian tertentu yang tidak dapat diselesaikan
dengan metode seri-pararel secara langsung.
Rangkaian seperti gambar16 dapat diselesaikan dengan seri-pararel
setelah bentuknya diubah dengan transformasi ? ? Y. Sedang
rangkaian di bawah ini, perlu diubah dengan transformasi Y ? ?
Rangkaian bentuk ? dengan impedansi Z1, Z2, dan Z3 ditransformasikan
menjadi bentuk Y yang teridri dari impedansi Za, Zb, dan Zc.
Hubungan antara Za, Zb, dan Zc dengan Z1, Z2, dan Z3, dicari atas
dasar, impedansi antara A dan B pada bentuk ? dan Y sama besar.
Demikian juga untuk impedansi antara AC dan BC.
Pada rangkaian ? , arus dari A ke B melalui impedansi Z1 serta Z2 dan
Z3. Sedang pada bentuk Y arus dari A ke B hanya melalui satu jalan
dengan impedansi seri Za dan Zb.
Pada bentuk ? , impedansi antara A dan B,
8) Daya pada rangkaian arus bolak-balik
1. Daya rata-rata (P) adalah jumlah daya sesaat dalam suatu selang
waktu dibagi dengan waktunya. Jika daya sesaat dinyatakan dengan
(P), maka daya rata-rata (P) untuk selang waktu satu periode (T),
Di mana V dan I menyatakan tegangan dan arus sesaat.
Misalkan pada suatu rangkaian antara arus dan tegangan berbeda
fase ?, dimana V mendahului I,
Daya rata-rata,
P = VI cos ?
P = daya rata-rata
VI = daya semu (apparent power)
cos ? = faktor daya (power faktor = Pf)
V & I = tegangan dan arus efektif
? = sudut fase antara V dan I
2. Daya kompleks (s) adalah perkalian tegangan (V) dan konjugate arus
(I).
Misalkan beda fase antara tegangan (V) dan arus (I) = ?. Jika I =
I ? ? maka V = V ? ? ? ? , dan konjugate dari arus, I = I ? ? ?
S = V.I* = (V ? ? + ?) x (I ? -? )
= V I ? ?
S = VI cos ? + j VI sin?………………………..…………………..(2.26)
Komponen daya kompleks pada sumbu nyata disebut daya aktif (P).
Sedang komponen daya kompleks pada sumbu khayal disebut daya
reaktif (Q).
Jadi daya kompleks,
S = VI* = V I ? ?
= VI cos? + j VI sin?
S = P + j Q.....………………………………………………………..S = daya kompleks
S = daya semu =
P 2 ? Q 2
= V I ? ZI2 ?
V 2
Z
……………………………………….…………..(2.28)
P = daya aktif = daya nyata = daya rata-rata
= VI cos ? …………………………………………...…….………...(2.29)
cos ? = faktor daya (Pf)
Q = daya reaktif
= VI sin ?……………………………………….………………………..(2.30)
sin ? = faktor reaktif.
3. Satuan daya
a. Daya semu,
S = VI volt –ampere (VA) atau kilo volt ampere (KVA)
b. Daya rata-rata,
P = VI cos ? watt atau kilo watt (KW)
c. Daya reaktif
Q = VI sin ? volt-ampere-reaktif (VAR)
d. Hubungan antara satuan KVA, KW dan KVAR
Z1 = ? Z6 = 6 – j3 ?
Z2 = 2 - j3 ? Z7 = 8 – j6 ?
Z3 = 0 + j6 ? Z8 = 4 – j4 ?
Z4 = 2 + 10? Z9 = 0 + j2 ?
Z5 = 5 – j12 ? Z10 = 1 + j7 ?
VAB = 15 ? 0
BAB IV. PENUTUP
Setelah menyelesaikan modul ini, anda berhak untuk mengikuti tes
praktik untuk menguji kompetensi yang telah anda pelajari. Apabila anda
dinyatakan memenuhi syarat kelulusan dari hasil evaluasi dalam modul ini,
maka anda berhak untuk melanjutkan ke topik/modul berikutnya.
Mintalah pada guru/instruktur untuk melakukan uji kompetensi
dengan sistem penilaian yang dilakukan secara langsung oleh asosiasi profesi
yang berkompeten apabila anda telah menyelesaikan suatu kompetensi
tertentu. Atau apabila anda telah menyelesaikan seluruh evaluasi dari setiap
modul, maka hasil yang berupa nilai dari guru/instruktur atau berupa
portofolio dapat dijadikan sebagai bahan verifikasi oleh asosiasi profesi.
Kemudian selanjutnya hasil tersebut dapat dijadikan sebagai penentu standar
pemenuhan kompetensi tertentu dan bila memenuhi syarat anda berhak
mendapatkan sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh asosiasi profesi.
DAFTAR PUSTAKA
Paseno, 1986. Arus Rangga. Jakarta, Indonesia: Karunika.
Soetarmo, 1979. FISIKA 3 SMA kelas 3 semester lima & enam. Surakarta,
Indonesia: Widya duta.
Millman dan Halkias, 1986. Elektronika Terpadu. Jakarta, Indonesia:
Erlangga.
Sutrisno, 1990. Listrik Magnet. Bandung, Indonesia: ITB Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar